10.1 Teori produksi dengan satu input yang bersifat variable
A. Fungsi Produksi
Dalam
teori ekonomi, setiap proses produksi mempunyai landasan teknis yang
disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau
persamaan yang menunjukkan hubungan fisik atau teknis antara jumlah
faktor-faktor produksi yang dipergunakan dengan jumlah produk yang
dihasilkan per satuan waktu, tanpa memperhatikan harga-harga, baik harga
faktor-faktor produksi maupun harga produk.
Produksi : Suatu kegiatan memproses input (faktor produksi) menjadi suatu output.
Produsen dalam melakukan kegiatan produksi, mempunyai landasan teknis, yang didalam teori ekonomi disebut “fungsi produksi”
Fungsi
Produksi : suatu persamaan yang menunjukan hubungan ketergantungan
(fungsional) antara tingkat input yang digunakan dalam proses produksi
dengan tingkat output yang dihasilkan.
Fungsi produksi secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :
Q = f (K, L, R, T)
Q = jumlah output (hasil produksi)
K = modal (kapital)
L = tenaga kerja (labor)
R = kekayaan akan (raw material)
T = teknologi
Perlu diketahui bahwa teknologi tidak dianggap sebagai faktor produksi
B. Produksi Dengan Satu Input Variabel
Teori
produksi yang sederhana menggambarkan hubungan antara tingkat output
yang dihasilkan dengan jumlah tenaga kerja (labor) yang digunakan untuk
menghasilkan output tersebut.
Dalam
analisis produksi dengan satu input variabel diasumsikan bahwa semua
faktor produksi selain tenaga kerja (L) dianggap tetap. Sehingga fungsi
produksi dengan satu input variabel : Q = f (L).
Fungsi Produksi dengan Satu Input Variabel Tunduk pada “Law of Diminishing Return”.
Hukum
hasil lebih yang semakin berkurang (the law of diminishing return)
menyatakan : bila satu macam input (labor) penggunaannya terus ditambah
sebanyak satu unit, sedangkan input-input yang lain konstan, pada
mulanya produksi total akan semakin banyak pertambahannya. Tetapi
sesudah mencapai suatu tingkat tertentu produksi tambahan tersebut
semakin menurun dan akhirnya mencapai nilai negatif. Keadaan ini akan
menyebabkan produksi total semakin lambat pertambahannya, akhirnya ia
mencapai tingkat maksimum dan kemudian menurun.
Tabel
1. Dibawah ini menunjukan sistem produksi dengan satu input variabel
dimana dimisalkan Y input faktor produksi modal (kapital) dan X
merupakan input faktor produksi variabel tenaga kerja. Dalam Tabel 1.
Dimisalkan perusahaan berproduksi dengan menggunakan sejumlah modal
tertentu misalnya Y = 2 (artinya Y konstan), dan input variabel tenaga
kerja/labor X.
• Produksi Marginal
Tambahan produksi yang diakibatkan oleh pertambahan satu tenaga kerja yang digunakan.
Rumus : MP = ∆TP/∆L
• Produksi rata-rata
produksi yang secara rata dihasilkan oleh setiap pekerja
Rumus : AP =TP/L
Hubungan
antara Total Product (TP), Marginal Product (MP) dan Average Product
(AP) dapat digambarkan secara grafik seperti pada gambar 1 berikut ini :
Kurva Total Product dan Marginal Product
Fungsi
produksi dengna satu input variabel (misal : tenaga kerja) tunduk pada
hukum “the law of deminishing return” yang menyatakan : Bila suatu macam
input penggunaannya terus ditambah sebanyak 1 unit, sedangkan input
yang lain konstan, pada mulanya Total Product akan semakin besar
pertambahannya. Tetapi sesudah mencapai suatu tingkat tertentu “produksi
tambahan” semakin menurun hingga mencapai nol, dan ini menyebabkn total
product semakin lambat pertambahannya dan akhirnya ia (TP) mencapai
tingkat maksimum. Bila penambahan input terus dilanjutkan, maka MP-nya
akan menjadi negatif dan TP-nya.
A. Tahap- Tahap Produksi
Pada
hakekatnya the law of dimishing return menyatakan bahwa hubungan antara
tingkat produksi dan jumlah input tenaga kerja yang digunakan dapat
dibedakan menjadi 3 tahap :
(1)Tahap Pertama : Produksi Total (Total Product) mengalami pertambahan yang semakin cepat.
Tahap
ini dimulai dari titik origin semakin kesatu titik pada kurva total
product dimana AP (produksi rata-rata) maksimum, dan pada titik ini
AP=MP (marginal product).
(2) Tahap Kedua : Produksi Total (Total Product) pertambahannya semakin lama semakin kecil.
Tahap II ini dimulai dari titik AP maksimum sampai titik dimana MP=0, atau TP maksimum.
(3) Tahap Ketiga : Produksi total (total product) semakin lama semakin menurun.
Tahap III ini meliputi daerah dimana MP negatif.
· Inflection point (titik belok) : yaitu titik dimana slope (lereng kurva total product (TP) mulai berubahan.
· Faktor
produksi tetap (fixed input) : yaitu input faktor produksi yang
jumlahnya tidak dapat dirubah dengan segera mengikuti perubahan output.
Contoh : Gedung, mesin, managerial, dll.
· Faktor produksi variabel (variabel input) : yaitu input yang dapat mengikuti perubahan jumlah output yang dihasilkan.
B. Tahap Produksi Paling Efisien
1) Tahap
I menunjukan bahwa pada saat penggunaan input tenaga kerja (labor, L)
masih sedikit, bila dinaikan penggunaannya, maka produksi rata-rata
(average product, AP) naik dengan ditambahkannya input variabel. Dengan
asumsi harga input tenaga kerja (L) tetap, maka dengan naiknya produksi
rata-rata (cost of production per-unit) akan menurun dengan
ditingkatkannya produksi (output).
Dalam
pasar persaingan sempurna (perfect competition), produsen tidak akan
pernah beroperasi (berhenti berproduksi) pada tahap I ini, karena dengan
memperbesar volume produksi, biaya produksinya perunit akan menurun,
hal ini berarti akan memperbesar keuntungan yang ia terima. Jadi pasa
tahap I ini “efisiensi produksi” belum maksimal.
2) Tahap
III meliputi daerah dimana produksi marginal (marginal product, MP)
negatif. Pada tahap III ini penggunaan input tenaga kerja (L) sudah
terlalu banyak, sehingga produksi total (total product, TP) justru akan
menurun, jika penggunaan input tenaga kerja (L) tersebut diperbesar,
karena MP negatif (efisiensi produksi telah melampaui kondisi maksimal).
3) Diantara tahap I dan tahap III terdapat tahap II.
Maka berdasarkan pada keadaan tahap I dan tahap III dapat disimpulkan bahwa “efisiensi produksi maksimal” terjadi pada tahap II.
10.2 Teori produksi dengan dua input variable
Pengertian Teori Produksi dengan Dua Input Variabel
Pengertian Teori Produksi
Bagi
kebanyakan manajer perusahaan, persoalan produksi yang dihadapi adalah
bagaimana memproduksi suatu produk dengan komposisi yang paling
menguntungkan Baik komposisi input yang dipergunakan maupun komposisi
jenis produk yang akan dihasilkan. Untuk memaksimumkan profit, para
manajer perusahaan harus berorientasi pada usaha memproduksi secara
efisien dengan beban biaya minimal.
Hal
ini diartikan sebagai upaya untuk secara terus menerus mencari dan
menemukan metode rekayasa memproduksi serta membandingkan metode yang
dipakai dengan metode yang sudah pernah digunakan oleh perusahaan
sebelumnya.Dari perbandingan tersebut dipilih suatu metode yang
merupakan terbaik, dengan menghasilkan keuntungan tertinggi bagi
perusahaan.
Pada
teori produksi yang biasa dibahas dalam kebanyakan literatur ekonomi
manajerial terdapat berbagai macam metode pendekatan. Pendekatan yang
pertama ialah pendekatan yang menggunakan satu variabel input.
Pendekatan kedua dikenal sebagai pendekatan dua variabel input dan
pendekatan ketiga adalah dengan pendekatan biaya total.
Pengertian Teori Produksi dengan Dua Input Variabel
Teori
produksi dengan dua input variabel, misalnya tenaga kerja (L) dan modal
(K). Digunakan dalam jangka pendek, dengan asumsi bahwa input K
merupakan input tetap, sehingga jumlah output yang dihasilkan hanya
tergantung dari jumlah tenaga kerja (L) yang digunakan. Teori produksi
dua input variabel hanya memperhitungkan dua macam input, dimana kerdua
macam input ini saling dapat menggantikan kedudukan penggunaannya dalam
produksi. Artinya jika input yang satu dikurangi atau ditambahkan maka
akan dapat digantikan perannya dengan ditambahkan atau dikurangi input
yang lain.
Misalnya
kita dapat mencontohkan antara input tenaga kerja dan mesin. Antara
tenaga kerja dan mesin disini dapat saling mengganti peran dalam
melaksanakan fungsi produksi. Kalau tenaga kerja ingin ditambah maka
konsekwensinya porsi mesin dapat dikurangi.sebaiknya jika tenaga kerja
yang ingin dikurangi maka konsekwensinya harus menambah mesin sebagai
penggantinya untuk mencapai target produksi tertentu.
Pengertian Isoquant
Kurva isoquant adalah suatu kurva (garis) yang menghubungkan
titik-titik kombinasi input untuk menghasilkan tingkat output yang sama
jumlahnya. Kurva isoquant menunjukkan suatu tingkat output tertentu
makin tinggi kurva isoquant menunjukkan tingkat output yang makin besar
pula. Sedangkan berbagai kumpulan (himpunan) kurva isoquant yang mungkin
dapat dicapai oleh produsen disebut “petakurva isoquant” (isoquant
curve map). Karakteristiknya antara lain:
1. Memiliki slope negative
2. Cembung ke arah titik pusat sumbu
3. Dua atau lebih kurva isoquant tidak akansaling berpotongan
4. Semakin tinggi menjauhi titik 0 menunjukan total produksi semakin tinggi
pula.
Pengertian Isocost
Kurva isocost adalah suatu garis yang menjelaskan gabungan penggunaan input dengan sejumlah biaya tertentu. Sebagaimana
diketahui bahwa isoquant merupakan berbagai alternatif penggunaan input
untuk manghasilkan output yang sama jumlahnya. Namun sampai di situ
masalah pemilihan berapa komposisi jumlah input yang akan ditentukan
belum bisa dipastikan. Sebab isoquanthanya membahas berbagai alternatif
dan kondisi objektif dari sifat kemampuan alamiah dari dua input yang
dipergunakan menghasilkan output. Karena pada alternatif mana saja
sepanjang isoquant hasilnya sama, yaitu jumlah output yang dihasilkan
sama. Pendekatan ini dikenal dengan istilah Isocost, yang diartikan
sebagai komposisi input atau kombinasi dua macam input yang akan
dipergunakan untuk menghasilkan output yang mampu dibiayai oleh
perusahaan.
Keseimbangan Produsen
Seorang produsen berada dalam kondisi keseimbangan, apabila dengan
sejumlah pengeluaran (biaya) tertentu dapat menghasilkan output yang
maksimal, atau dengan kata lain untuk menghasilkan sejumlah output
tertentu diperlukan biaya minimal.
Dengan menggabungkan kurva isoquant dengan isocost dapat dia nalisa
keseimbangan produsen. Keseimbangan produsen ini terkait dengan
penggunaan input optimal. Penggunaan input optimal dapat dibedakan
analisanya berupa maksimasi output dan minimasi biaya. Keseimbangan produsen dicapai ketika kurva isocost bersinggungan dengan isoquant.
10.3 Teori produksi Cobb-Douglas
Fungsi Produksi Cobb-Douglas
Fungsi
ini sering disebut fungsi produksi eksponensial. Bentuk umumnya juga
sama, yakni Y = f (Xi) atau dapat ditulis dalam bentuk spesifik Y = aXb,
dimana Y adalah variabel yang dijelaskan, X adalah variabel yang
menjelaskan, dan a dan b adalah parameter yang diduga.
Kelebihan
Cobb- Douglas ini adalah pada pangkat menunjukan pangkat elastisitas
produksi. Sedangkan kelemahannya adalah dalam interpretasi perlu
dilinierkan dengan proses logaritma atau sering disebut dengan double
log; log Y = log a + b log X.
Dari empat bentuk fungsi produksi ini masih banyak bentuk fungsi lainnya seperti fungsi produksi berikut ini :
1. Constant Elasticity of Substitutions (CES) ; Y = [ò K-p + ( 1 – ò) L-p]-1/p
2. Transendental; Y AK1b1 ec1x1 x2b2 ec2x2 + u
3. Translog; log Y = log b0 + b1 logX1 + b2 logX2 + b3 (logX1 logX2) + u
4. Semi log; Y = b0 + b1 + b2 logX2
5. Log Invers atau log linier; log Y = b0 + b1 X1 + b2 X2
Teori dasar pendekatan Cobb Douglas
Beberapa
fungsi produktivitas dalam suatu perusahaan sangatlah berperan penting
dalam pengembangan produktivitas. Terutama untuk menunjang proses
produksi sehingga dapat memberikan beberapa peluang yang diharapkan.
Dalam dunia ekonomi, pendekatan Cobb-Douglas merupakan bentuk fungsional
dari fungsi produksi secara luas digunakan untuk mewakili hubungan
output untuk input. Hal ini diusulkan oleh Knut Wicksell (1851-1926),
dan diuji terhadap bukti statistik oleh Charles Cobbdan Paul Douglas di
1900-1928.
Untuk produksi, fungsi dapat digunakan rumus :
Y = AL α K β , Y = K α β AL,
Dimana:
· Y = total produksi (nilai moneter semua barang yang diproduksi dalam setahun)
· L = tenaga kerja input
· K = modal input
· A = produktivitas faktor total
· α
dan β adalah elastisitas output dari tenaga kerja dan modal,
masing-masing. Nilai-nilai konstan ditentukan oleh teknologi yang
tersedia.
Output
elastisitas mengukur respons output oleh perubahan tingkat baik tenaga
kerja atau modal yang digunakan dalam produksi, ceteris paribus. Sebagai
contoh jika α = 0,15, peningkatan 1% tenaga kerja akan mengakibatkan
kenaikan sekitar 0,15% pada output.
Selanjutnya, jika:
α + β = 1, α + β = 1,
Fungsi
produksi memiliki skala hasil konstan .Artinya, jika L dan K
masing-masing meningkat sebesar 20%, kenaikan Y sebesar 20%.Jika :
α + β < 1, α + β <1,
Kembali ke skala yang menurun, dan jika :
α + β > 1 α + β> 1
kembali
ke skala yang meningkat. Dengan asumsi persaingan sempurna dan α + β =
1, α dan β dapat ditunjukkan untuk menjadi tenaga kerja dan modal pangsa
output.
Cobb
dan Douglas dipengaruhi oleh bukti statistik yang muncul untuk
menunjukkan bahwa tenaga kerja dan modal saham dari total output yang
konstan dari waktu ke waktu di negara maju, mereka menjelaskan hal ini
dengan statistik fitting -kuadrat regresi fungsi produksi mereka. Saat
ini sudah ada keraguan mengenai apakah keteguhan dari waktu ke waktu
ada.
Pengukuran Produktivitas dengan Pendekatan Cobb-Douglas
Sebelum
melakukan pengukuran produktivitas pada semua sistem, terlebih dahulu
harus dirumuskan secara jelas output apa saja yang diharapkan dari
sistem itu dan sumber daya (input) apa saja yang akan digunakan dalam
proses sistem tersebut untuk menghasilkan output.
Salah
satu model pengukuran produktivitas yang sering digunakan adalah
pengukuran berdasarkan pendekatan fungsi produksi Cobb-Douglas, yaitu
suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua variabel atau lebih,
variabel yang satu disebut variabel independent (Y) dan yang lain
disebut variabel dependent (X).
Kelebihan dari fungsi produksi Cobb-Douglas:
1. Bentuk fungsi produksi Cobb-Douglas bersifat sederhana dan mudah
penerapannya.
2. Fungsi produksi Cobb-Douglas mampu menggambarkan keadaan skala hasil
(return to scale), apakah sedang meningkat, tetap atau menurun.
3. Koefisien-koefisien
fungsi produksi Cobb-Douglas secara langsung menggambarkan elastisitas
produksi dari setiap input yang digunakan dan dipertimbangkan untuk
dikaji dalam fungsi produksi Cobb-Douglas itu.
4. Koefisien
intersep dari fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan indeks efisiensi
produksi yang secara langsung menggambarkan efisiensi
penggunaan input dalam menghasilkan output dari sistem produksi yang
dikaji
Kekurangan dari fungsi produksi Cobb-Douglas:
1. Spesifikasi
variabel yang keliru akan menghasilkan elastisitas produksi yang
negatif atau nilainya terlalu besar atau terlalu kecil.
2. Kesalahan
pengukuran variabel ini terletak pada validitas data, apakah data yang
dipakai sudah benar, terlalu ekstrim ke atas atau sebaliknya. Kesalahan
pengukuran ini akan menyebabkan besaran elastisitas menjadi terlalu
tinggi atau terlalu rendah.
3. Dalam
praktek, faktor manajemen merupakan faktor yang juga penting untuk
meningkatkan produksi, tetapi variabel ini kadang-kadang terlalu sulit
diukur dan dipakai dalam variabel independentdalam pendugaan fungsi
produksi Cobb-Douglas.
Bentuk umum fungsi produksi Cobb-Douglas adalah:
Q = δ.I α
Keterangan: Q = Output
I = Jenis input yang digunakan dalam proses produksi dan dipertimbangkan untuk dikaji
δ = indeks efisiensi penggunaan input dalam menghasilkanoutput
α = elastisitas produksi dari input yang digunakan
Berikut beberapa analisa mengenai pendekatan cobb douglas :
1. Mentransformasi Persamaan Regresi Linier
Sebelum
data dapat diolah dan dianalisis lebih lanjut, data-data yang diperoleh
harus terlebih dulu ditransformasikan ke dalam bentuk Logaritma Natural
(Ln). Kemudian data-data dalam bentuk Logaritma Natural tersebut diolah
kembali untuk mendapatkan persamaan regresi Y = a + bX, atau
dikembalikan pada variabel aslinya dengan Y = Ln Q dan X = Ln I. Maka
persamaan regresi menjadi Ln Q = a + b(Ln I). Selanjutnya regresi linier
tersebut ditransformasikan ke dalam fungsi produksi Cobb-Douglas,
dengan langkah:
Ln Q = a + b(Ln I)
Ln Q = a + Ln Ib
Ln Q – Ln Ib = a
Q = eaIb
Dengan demikian persamaan Cobb-Douglas telah didapat dengan eamerupakan indeks efisiensi dari proses transformasi, serta a dan b merupakan elastisitas produksi dari input yang digunakan
2. Analisa Efisiensi Proses Produksi
Efisiensi
merupakan penggunaan input yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan
jumlah produksi sebesar-besarnya tanpa melupakan kualitas dari produk
yang dihasilkan. Efisiensi proses produksi dapat dilihat dari koefisien
intersep fungsi produksi Cobb-Douglas, yaitu:
Indeks efisiensi = ea
Keterangan: e = 2,71828
a = koefisien intersep persamaan regresi
Indeks
efisiensi akan didapat dari perhitungan, dengan semakin tinggi indeks
efisiensi produksi berarti proses
transformasi input menjadi outputmenjadi semakin efisien. Selain indeks
efisiensi, rasio efisiensi juga akan didapat dari perhitungan. Rasio
efisiensi menunjukkan perbandingan kemampuan menghasilkan output dengan
memakai input yang tersedia.
3. Return to Scale
Berdasarkan
persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas, terdapat tiga situasi yang
mungkin dalam tingkat pengembalian terhadap skala (Browning dan
Browning, 1989).
1. Jika
kenaikan yang proporsional dalam semua input sama dengan kenaikan yang
proporsional dalam output (εp = 1), maka tingkat pengembalian terhadap
skala konstan (constant returns to scale).
2. Jika
kenaikan yang proporsional dalam output kemungkinan lebih besar
daripada kenaikan dalam input (εp > 1), maka tingkat pengembalian
terhadap skala meningkat (increasing returns to scale).
3. Jika
kenaikan output lebih kecil dari proporsi kenaikan input (εp < 1),
maka tingkat pengembalian terhadap skala menurun (decreasing returns to
scale).
4. Elastisitas Produksi ParsialElastisitas
produksi parsial berkenaan dengan input tertentu merupakan ukuran
perubahan proporsional pada input-nya ketika inputlainnya konstan.
Sebelum elastisitas produksi parsial dapat dihitung, terlebih dahulu
dicari nilai Total Physical Product, Average Physical
Product, dan Marginal Physical Product.
Total Physical Product (TPP)
dianggap sebagai hubungan teknis antara satu variabel faktor produksi
(input) dan output dapat ditunjukkan oleh suatu fungsi produksi yang
secara matematis dapat ditulis (Sudarman, 1989) .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar